Selasa, 22 Mei 2012

One Part of My Life


Wah pengumuman Paramadina Fellowship 2012 udah keluar ternyata. Selamat ya buat temen-temen yang udah diberikan kesempatan untuk lebih memperkenalkan kemampuan dirinya dalam rangka menyandang status “Penerima Parmad Fellow“ :D
Aku pengen ceritain awal aku memilih Paramadina, yang awalnya sangat asing dengan kampus itu. Bahkan pertama kali dengar nama “Universitas Paramadina”, aku pernah mengernyitkan dahi “Kampus apa itu?” dalam hati. Maklum, aku berasal dari daerah yang jauh, bahkan beda pulau dengan lokasi kampus ini. Walaupun aku memang sudah ebrtekad merantau untuk belajar ke Pulau Jawa, namun bagiku Jakarta bukanlah prioritas tujuanku saat itu. Ketika ada pembagian Formulir Pendaftaran Paramadina Fellowship 2011 pun, aku tak terlalu memiliki keinginan untuk mengambil lembarannya. Mungkin karena faktor keegoisan yang ku miliki, aku hanya ingin masuk ke PTN bagaimana pun cara yang ku tempuh, tanpa memikirkan orangtuaku yang kusadari beliau tidak mampu untuk memenuhi itu.
Suatu ketika, aku tiba-tiba tersadar bahwa aku bukanlah orang dari kalangan yang dengan seenaknya bisa menghambur-hamburkan duit semaunya dengan kedok “Demi pendidikan uangpun tak masalah”. Akhirnya akupun mulai mencoba menyentuh prasyarat formulir itu, dan bagiku tak terlalu beratlah untuk melengkapi semua berkasnya. Lagian ada satu poin dimana kita disuruh buat essay, yang ku tau ini kesempatanku yang hobi nulis. Intinya, terkadang suatu kesempatan emas terdapat pada masalah hati kita yang tidak menaruh niat untuk menjalani itu. Tapi jika kita mau mencoba melangkah walau hanya selangkah, maka tangan juga akan tergerak.
Setelah semua ku lengkapi, akhirnya ku kirim juga berkas itu tepat sehari sebelum batas akhir penerimaan berkas oleh tim panel. Tapi tetap inginku pada saat itu yakni kuliah di sebuah PTN favoritku dengan berusaha mendapat beasiswa. Hingga akhirnya pengumuman SNMPTN Undangan yang ku harapkan belum berpihak padaku (kebetulan pada saat itu aku juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesempatan SNMPTN Jalur Undangan). Sedih ya cukup sedih, apalagi waktu itu juga masih panas-panasnya kesedihanku gara-gara tidak lulus OSN :’(
Beberapa minggu kemudian, keluarlah pengumuman Peserta Seleksi Tahap II Paramadina Fellowship 2011. Dan alhamdulillah namaku masuk dalam jajaran peserta lain (ketika itu yang mengirim berkas ada 8 orang, namun yang lolos cuman 3 orang). Akhirnya dengan penuh optimis untuk memberikan yan terbaik, aku memilih untuk melanjutkan tahap itu. Kebetulan waktu itu sebelum pelaksanaan SNMPTN Tulis.
Tibalah hari dimana tes interview itu dilaksanakan. Kuingat waktu itu kami dikumpulkan di Hotel Singgasana, Makassar. Hari itu juga kuyakinkan diriku bahwa “inilah hari terbaikku, dan aku harus memberikan yang terbaik. Optimis... Optimis... Optimis...” kataku didepan cermin toilet.
Tes bahasa Inggris, TPA, Discussion Group, Interview hingga unjuk bakat berhasil ku lewati dengan penuh kepercayaan diri. Ditemani oleh sepatu kets putih minjem di kakak dan jas hitam yang kupinjam dari sahabatku, menambah pesona dan keyakinan diriku. (Nanti di postingan selanjutnya, aku akan berbagi tahap-tahap II yang ku lalui tahun 2011 lalu. So, nantikan postingan selanjutnya yak).
Beberapa tes seleksi masuk beberapa universitas ku lalui. Mulai dari SNMPTN Tulis yang lagi-lagi karena faktor “x”, aku tak berhasil lolos. Yang tertinggal hanya tes universitas lokal. Oiya, aku juga sempat lolos di Institut Manajemen sebuah universitas di Bandung, tapi lagi-lagi faktor biaya yang sangat tinggi bagiku, ku tolak kesempatan itu. Berbagai universitas lokal melirikku. Tapi dasar jiwaku udah pengen merantau, maka lirikan itu hanya ku balas dengan tatapan sinis. Aku pun merasa terpuruk tak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, ada kesempatan namun membutuhan “duit”. Aku juga sempat memberontak dalam hati “Kenapa semua harus dengan uang? Seberapa dewa-kah uang itu sehingga mampu melumpuhkan orang-orang miskin sepertiku? Sedangkan orang-orang kaya yang berduit, mereka dengan langgengnya bisa membeli soal, atau membayar ratusan juta rupiah hanya untuk sebuah kursi?”. Disisi lain, aku malah terbebani oleh statusku sebagai lulusan SMA terbaik yang sangat gengsi jika tidak berhasil kuliah. Entahlah, pokoknya seingatku saat-saat itu aku sangat terpuruk. Fisik menangis, batin memberontak. Inikah nasib yang diberikan kepadaku dan harus ku terima? Kuingat kata mama menenangkanku, “Semua sudah diatur nak. Jalani saja apa yang mampu kau lakukan sekarang”. Bahkan aku pernah memutuskan untuk bekerja saja membantu keungan keluarga.
Namun ternyata nasib berkata lain. Setelah shalat maghrib, aku menenangkan pikiran. Bersiap-siap menerima apapun hasil dari tes terakhir yang kuharapkan. Dengan penuh deg-degan aku menuju warnet sekitar kompleks rumah. Dengan mengucapkan bismillah, ragu ku gerakkan kursor mencari deretan nama-nama penerima Paramadina Fellowship 2011. Aku meneteskan air mata. Tak hentinya ucapan syukur Alhamdulilah Subhanallah keluar dari mulutku yang sempat menuntut-Nya. Seleksi Paramadina yang kuikuti tanpa pengetahuan penuh dari kedua orangtuaku, menjawab semua doa-doa dan resahku. Ternyata Allah SWT memberikan jalanNya yang lain. Segera aku pulang kerumah dan memberikan kabar bahagia itu kepada keluargaku. Suasana haru tercipta malam itu, mengantarkan segala khayalanku merantau, belajar ke Pulau Jawa!!
Rasa syukurku hingga kini tak terhenti. Allah terus memberikanku penyadaran. Inilah yang memang terbaik bahkan best of the best buatku. Bagaimana tidak, aku kuliah tanpa membebankan orangtua ku lagi. Bahkan akupun mendapat uang saku tiap bulannya, uang buku tiap semesternya. Bahkan transport pertamaku pun ditanggung. Tak hanya sampai disitu saja, ditempat ini aku menemukan dunia lain, keluarga baru yang memberikan warnanya sendiri, menuntut mandiri, bebas yang bertanggung jawab. Oiya satu lagi, ternyata aku bersyukur tidak lulus SNMPTN dulu. Coba kalau aku lolos, pasti aku akan menghadapi Kalkulus yang sangat mematikan pasti bagiku. Ternyata semua matakuliah ku sangat cocok dengan kemampuan yang ku miliki. Hingga terakhir aku kembali bersyukur mendapat IP 3,96. Alhamdulillah Yaa Allah :’)
Kini kuyakini, apapun usaha yang kita lakukan, serahkan hasil akhirnya pada Allah. Karena Dia-lah yang mengatur segalanya. Dia tahu mana yang terbaik bagi kita, karena tak selamanya apa yang kita inginkan merupakan yang terbaik untuk kita. Terima semua kesempatan yang diberikan, karena kita tak tahu mana yang merupakan jalan kita dari kesempatan-kesempatan itu. Terima kasih Yaa Allah, trima kasih My Lovely Mom and Dad, terima kasih Smudama, Love you Atlantis ;))

Tidak ada komentar: