Wah pengumuman Paramadina
Fellowship 2012 udah keluar ternyata. Selamat ya buat temen-temen yang udah
diberikan kesempatan untuk lebih memperkenalkan kemampuan dirinya dalam rangka
menyandang status “Penerima Parmad Fellow“ :D
Aku pengen ceritain awal aku
memilih Paramadina, yang awalnya sangat asing dengan kampus itu. Bahkan pertama
kali dengar nama “Universitas Paramadina”, aku pernah mengernyitkan dahi “Kampus
apa itu?” dalam hati. Maklum, aku berasal dari daerah yang jauh, bahkan beda
pulau dengan lokasi kampus ini. Walaupun aku memang sudah ebrtekad merantau
untuk belajar ke Pulau Jawa, namun bagiku Jakarta bukanlah prioritas tujuanku
saat itu. Ketika ada pembagian Formulir Pendaftaran Paramadina Fellowship 2011
pun, aku tak terlalu memiliki keinginan untuk mengambil lembarannya. Mungkin
karena faktor keegoisan yang ku miliki, aku hanya ingin masuk ke PTN bagaimana
pun cara yang ku tempuh, tanpa memikirkan orangtuaku yang kusadari beliau tidak
mampu untuk memenuhi itu.
Suatu ketika, aku tiba-tiba
tersadar bahwa aku bukanlah orang dari kalangan yang dengan seenaknya bisa
menghambur-hamburkan duit semaunya dengan kedok “Demi pendidikan uangpun tak
masalah”. Akhirnya akupun mulai mencoba menyentuh prasyarat formulir itu, dan
bagiku tak terlalu beratlah untuk melengkapi semua berkasnya. Lagian ada satu
poin dimana kita disuruh buat essay, yang ku tau ini kesempatanku yang hobi
nulis. Intinya, terkadang suatu kesempatan emas terdapat pada masalah hati kita
yang tidak menaruh niat untuk menjalani itu. Tapi jika kita mau mencoba
melangkah walau hanya selangkah, maka tangan juga akan tergerak.
Setelah semua ku lengkapi,
akhirnya ku kirim juga berkas itu tepat sehari sebelum batas akhir penerimaan
berkas oleh tim panel. Tapi tetap inginku pada saat itu yakni kuliah di sebuah
PTN favoritku dengan berusaha mendapat beasiswa. Hingga akhirnya pengumuman
SNMPTN Undangan yang ku harapkan belum berpihak padaku (kebetulan pada saat itu
aku juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesempatan SNMPTN Jalur
Undangan). Sedih ya cukup sedih, apalagi waktu itu juga masih panas-panasnya
kesedihanku gara-gara tidak lulus OSN :’(
Beberapa minggu kemudian,
keluarlah pengumuman Peserta Seleksi Tahap II Paramadina Fellowship 2011. Dan
alhamdulillah namaku masuk dalam jajaran peserta lain (ketika itu yang mengirim
berkas ada 8 orang, namun yang lolos cuman 3 orang). Akhirnya dengan penuh
optimis untuk memberikan yan terbaik, aku memilih untuk melanjutkan tahap itu.
Kebetulan waktu itu sebelum pelaksanaan SNMPTN Tulis.
Tibalah hari dimana tes interview
itu dilaksanakan. Kuingat waktu itu kami dikumpulkan di Hotel Singgasana,
Makassar. Hari itu juga kuyakinkan diriku bahwa “inilah hari terbaikku, dan aku
harus memberikan yang terbaik. Optimis... Optimis... Optimis...” kataku didepan
cermin toilet.
Tes bahasa Inggris, TPA,
Discussion Group, Interview hingga unjuk bakat berhasil ku lewati dengan penuh
kepercayaan diri. Ditemani oleh sepatu kets putih minjem di kakak dan jas hitam
yang kupinjam dari sahabatku, menambah pesona dan keyakinan diriku. (Nanti di
postingan selanjutnya, aku akan berbagi tahap-tahap II yang ku lalui tahun 2011
lalu. So, nantikan postingan selanjutnya yak).
Beberapa tes seleksi masuk
beberapa universitas ku lalui. Mulai dari SNMPTN Tulis yang lagi-lagi karena
faktor “x”, aku tak berhasil lolos. Yang tertinggal hanya tes universitas lokal.
Oiya, aku juga sempat lolos di Institut Manajemen sebuah universitas di
Bandung, tapi lagi-lagi faktor biaya yang sangat tinggi bagiku, ku tolak
kesempatan itu. Berbagai universitas lokal melirikku. Tapi dasar jiwaku udah
pengen merantau, maka lirikan itu hanya ku balas dengan tatapan sinis. Aku pun
merasa terpuruk tak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, ada kesempatan namun
membutuhan “duit”. Aku juga sempat memberontak dalam hati “Kenapa semua harus
dengan uang? Seberapa dewa-kah uang itu sehingga mampu melumpuhkan orang-orang
miskin sepertiku? Sedangkan orang-orang kaya yang berduit, mereka dengan
langgengnya bisa membeli soal, atau membayar ratusan juta rupiah hanya untuk
sebuah kursi?”. Disisi lain, aku malah terbebani oleh statusku sebagai lulusan
SMA terbaik yang sangat gengsi jika tidak berhasil kuliah. Entahlah, pokoknya
seingatku saat-saat itu aku sangat terpuruk. Fisik menangis, batin memberontak.
Inikah nasib yang diberikan kepadaku dan harus ku terima? Kuingat kata mama
menenangkanku, “Semua sudah diatur nak. Jalani saja apa yang mampu kau lakukan
sekarang”. Bahkan aku pernah memutuskan untuk bekerja saja membantu keungan
keluarga.
Namun ternyata nasib berkata
lain. Setelah shalat maghrib, aku menenangkan pikiran. Bersiap-siap menerima apapun
hasil dari tes terakhir yang kuharapkan. Dengan penuh deg-degan aku menuju
warnet sekitar kompleks rumah. Dengan mengucapkan bismillah, ragu ku gerakkan
kursor mencari deretan nama-nama penerima Paramadina Fellowship 2011. Aku
meneteskan air mata. Tak hentinya ucapan syukur Alhamdulilah Subhanallah keluar
dari mulutku yang sempat menuntut-Nya. Seleksi Paramadina yang kuikuti tanpa
pengetahuan penuh dari kedua orangtuaku, menjawab semua doa-doa dan resahku. Ternyata
Allah SWT memberikan jalanNya yang lain. Segera aku pulang kerumah dan
memberikan kabar bahagia itu kepada keluargaku. Suasana haru tercipta malam
itu, mengantarkan segala khayalanku merantau, belajar ke Pulau Jawa!!
Rasa syukurku hingga kini tak
terhenti. Allah terus memberikanku penyadaran. Inilah yang memang terbaik
bahkan best of the best buatku. Bagaimana
tidak, aku kuliah tanpa membebankan orangtua ku lagi. Bahkan akupun mendapat
uang saku tiap bulannya, uang buku tiap semesternya. Bahkan transport pertamaku
pun ditanggung. Tak hanya sampai disitu saja, ditempat ini aku menemukan dunia
lain, keluarga baru yang memberikan warnanya sendiri, menuntut mandiri, bebas
yang bertanggung jawab. Oiya satu lagi, ternyata aku bersyukur tidak lulus
SNMPTN dulu. Coba kalau aku lolos, pasti aku akan menghadapi Kalkulus yang
sangat mematikan pasti bagiku. Ternyata semua matakuliah ku sangat cocok dengan
kemampuan yang ku miliki. Hingga terakhir aku kembali bersyukur mendapat IP
3,96. Alhamdulillah Yaa Allah :’)
Kini kuyakini, apapun usaha yang
kita lakukan, serahkan hasil akhirnya pada Allah. Karena Dia-lah yang mengatur
segalanya. Dia tahu mana yang terbaik bagi kita, karena tak selamanya apa yang
kita inginkan merupakan yang terbaik untuk kita. Terima semua kesempatan yang
diberikan, karena kita tak tahu mana yang merupakan jalan kita dari
kesempatan-kesempatan itu. Terima kasih Yaa Allah, trima kasih My Lovely Mom
and Dad, terima kasih Smudama, Love you Atlantis ;))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar