Senin, 22 Juli 2013

Cerita itu...


Hallo blogger :D sangat cukup lama kita bersua kembali setelah sekian lama ga punya waktu untuk nulis ini :D
Sekarang tanggal 20 Juli 2013, yaaah bertepatan dengan hari jadi rumah kedua ku, tempat aku membuang sekaligus menciptakan penat, tempat dimana isi kepala seolah di mixer puter-puter hingga kadang memaksa aku nangis dalam diam (karena gabisa nangis hahahh). Namun entah kenapa tempat ini pula yang selalu berhasil membuat aku tersenyum damai, dan memaksaku tanpa “paksaan” untuk tetap berada di tempat ini. Yup itulah Paramadina Choir :””

18 Oktober 2013. Aku masih ingat betul hari dimana aku diberikan suatu kepercayaan yang sebenarnya aku sendiripun tak pernah menyangka hal itu. Aku terpilih menjadi Ketua Umum di rumahku itu (baca : Paramadina Choir). Lucu sih, karena baru banget aktif lagi di PC, baca partitur aja masih buta, tapi sudah ditunjuk teman-teman. Hufft

Tapi yasudahlah, teman-teman seangkatan juga menyanggupi untuk membantu aku menjalankan ini, akhirnya dengan langkah pasti (lebih tepatnya nekad) ku sanggupi saja tanggungjawab ini. Tanpa diberi waktu bernafas, mulai saat inilah perjuangan itu dimulai!!
Lomba Paduan Suara dan Festival Lagu Daerah UNTAR, menjadi tantangan pertama kepengurusan kami. Kuyakinkan teman-teman bahwa “Go International itu bukan hal yang tidak mungkin. Sekarang kita hanya fokus untuk kompetisi ini, berusaha semaksimal mungin, dapat gelar, dan dengan gelar itu kita bisa meyakinkan Kak Pitung (Pelatih kami) untuk mewujudkan mimpi yang lebih ga berwujud dari bayangan sekalipun.” Dulu aku juga hanya berandai-andai (memang saya mahir untuk berandai), aku pengen suatu saat nanti PC bisa membawakan lagu daerah yang betul-betul full koreografi seperti paduan suara mahasiswa lainnya. Dan di kompetisi ini semua ucapan pengandaian yang terlontar itu berwujud. Kami mendapat gelar trophy Peringkat 5 Lagu Perjuangan dan Silver Medal untuk lagu daerah. Dan satu lagi, ternyata di kompetisi ini terbukti bahwa kami juga bisa nyanyi sambil koreografi \m/ Ini menjadi kemenangan pertama di kepengurusan kami. :”D

Betul saja, dengan gelar ini kak pitung akhirnya luluh dan mengizinkan kami untuk mencoba melangkah ke tahap selanjutnya, GO INTERNATIONAL!!
Segera ku kumpulkan semua data dan informasi mengenai kompetisi international, dan kuserahkan ke kak pitung. Mulai dari lomba di Bali, Manado, Riga, Budapest, dan pilihan akhirnya jatuh di 3rd Vietnam International Choir Competition.

Tepat 5 Desember 2012, kami mendapat surat resmi dari pihak penyelenggara event, Interkultur, dan melengkapi semua berkas registrasi yang diperlukan. Proposal juga mulai disusun.
28 Desember 2012 proposal sudah jadi. Namun masih perlu di edit sana sini, baik dari pelatih, kampus dan senior. Jujur saja tahap ini juga sukses besar membuat aku frustasi tingkat dewa (bisa dilihat di postingan aku sebelum-sebelum ini). Banyak pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar menguji mental, kurang lebih bunyinya seperti ini : “Emang kalian udah pantas ikut Go International?”. Kututup saja telingaku, dan kukuatkan dalam hati bahwa kepantasan itu dapat benar-benar pantas jika dari dalam diri kita telah yakin bahwa kita memang pantas berada diposisi itu. Dan kepantasan diperoleh setelah melalui proses, jika kami bisa melalui proses itu dengan sangat cantik, maka kami sangatlah pantas akan hal itu. Dan meyakinkan orang-orang, termasuk pengurus, anggota, dan seluruh kepala yang bertanya-tanya itulah yang menjadi salah satu tugas berat bagiku. Berat! Karena aku mencoba meyakinkan orang disaat dimana aku juga sebenarnya butuh peyakinan itu. :”)

28 Januari 2012, proposal baru bisa turun cetak. Kukerahkan agar segera disebar. Fundrising juga sudah mulai jalan. Kami telah berjalan, namu ternyata di tengah perjalanan itu masih banyak batu-batu yang berserakan.  Salah satu batu yang sangat terasa adalah mengumpulkan uang registrasi 5 juta rupiah dalam waktu sekitar seminggu dua minggu. Kami mencoba meminta bantuan kampus, namun yang kami peroleh malah pertanyaan yang membuatku kembali menatap sinis, “Memang kalian sudah yakin akan berangkat?” Padahal saat itu seharusnya kampus memberikan kami solusi pemecahan masalah kami ini. “Mana mungkin kami sudah sebulan lebih mengurus kelengkapan berkas dan proposal sampai berkeringat namun kami tidak yakin?” Kulupakan saja harapan kami pada kampus itu, dan mencari 5 juta dengan berbagai cara. Akhirnya entah rejeki dari mana, ada-ada saja usaha kami yang berbuah manis. 5 juta sebagai ujian awal berhasil kami kumpulkan, dan segera mengirimkan biaya registrasi tersebut. Nama kami “Paramadina Choir” telah resmi tercatat sebagai peserta kompetisi dengan nomor V13-RI06!! Dan aku juga saat itu dapat berkata pada pihak kampus bahwa “Kami berhasil mengumpulkan 5 juta itu, dan semoga menjadi jawaban bagi kampus bahwa dengan kemandirian kami, kami yakin berangkat dan mewujudkan mimpi ini”.

Tak sampai disitu, kami juga harus mencari partitur berlisensi. Lagu ondel-ondel menjadi partitur termudah karena kebetulan aku juga sudah pernah berkomunikasi dengan arrangernya. Lagi-lagi karena berandai-andai saja, aku pengen PC bisa bawain lagu “Kerraban Sape” dengan full spirit seperti yang pernah dibawain salah satu PSM lain (baca : Untar). Akhirnya dengan budget 1,5 juta, kami berhasil membeli dan menjadi partitur pertama kami yang berlisensi. Dulu aku juga sering streaming Youtube dan suka melihat salah satu penampilan PSM (baca : Paragita UI) yang membawakan lagu Maluku dan selalu berhasil menghipnotis aku. Akhirnya dengan bantuan pelatih, kami dapat izin langsung dari kak Farman Purnama (arranger) untuk membawakan lagu Mande-mande berkomposisi 8 suara yang super susah tapi super indah. :”D Lagi-lagi aku juga suka banget dengan Soleram versi lambat yang pernah dibawain PSM lain (baca : Paramabira BINUS). Dengan susah payah kami mencari kontak mereka, akhirnya kami dapat menyalin partitur mereka itu. Hujan-hujanan, aku dan Yoko (salah satu pejuang) mampir ke Binus untuk ngambil partitur tersebut (meskipun ga berlisensi karena arrangernya tidak kami temukan). Dan Alhamdulillah 4 partitur sudah ditangan!! 2 partitur lainnya : Ill Est Bel Et Bon dan Nicolette tidak perlu lisensi karena sudah publish untuk umum. Lengkaplah sudah partitur yang menjadi senjata kami itu \m/

Beberapa hari setelah kami mengirimkan kelengkapan berkas, kami sudah mendapat email untuk membayar DP akomodasi sebesar 20 juta dari total yang harus kami bayarkan 96 juta!! Jeng jeng jeng jeng lagi lagi batu kedua ada depan kami. Setttrrresss ga noh?! Aaah ngga biasa aja (padahal hati miris :”p ). Kami mulai menggenjot jualan di kampus, jualan di Monas dan Senayan setiap sabtu dan minggu. Malam minggu nya kami juga harus ngamen di sepanjang Trans Tandean, Blok M dan berakhir di Barito. Sevel-sevel, lapak-lapak penjual makanan pinggir jalan, restoran hingga Sturbucks tak luput kami singgahi demi mengumpulkan receh demi receh. Urat malu? Sepertinya itu sudah putus satu demi satu. Ga ada lagi kata malu, gugup dsb. Yang ada tinggal tebal muka, melupakan capek menyusuri jalan, dan terus bernyanyi. “Cinta akan kuberikan bagi hatimu yang damai” yaah sepenggal lagu yang sering kami dendangkan hingga larut malam (tak jarang sampe rumah jam 1 dini hari).

Kami juga mencoba “mengemis” di mall-mall dengan menawarkan donasi kepada orang-orang yang kami anggap berpotensi (meskipun ngemis ini ga ada hasil). Tapi entah kenapa ada-ada saja jalan Tuhan hingga kami akhirnya dapat mengumpulkan dana itu. Rajawali Foundation ngasih angin segar dengan memberikandonasi. Dan terkumpullah 20 juta :”D
Tak sampai disitu, kami masih harus melunasi akomodasi sisa 46 juta. Belum lagi biaya transpotasi (pasawat dan bus). Semua aktivitas itu dengan sepenuh hati kami lewati SETIAP HARI. Pagi jualan sambil kuliah, kalau kuliah kosong kami nyebar proposal ke sponsor, malam latihan untuk persiapan, dilanjutkan rapat hingga tengah malam. Besoknya kuliah lagi. Kalau sampe sabtu malam kami ngamen lagi, Minggu jam 6 kami jualan tawaf di Monas, jam 10 kami harus latihan lagi. Besok seninnya kami jualan dikampus lagi dan seterusnya. Belum lagi setiap hari minggu kami membeli kue dini hari ke Pasar Senen. Ada cerita lucu saat aku bareng salah satu pejuang (sebut saja Dzae) naik motor ke Senen pukul 03.00 dini hari. Udah dingin, hujan pula >.< kami nekad menerobos hujan. Tiba-tiba ada mobil dengan songongnya lewat dan menyemburkan genangan air ke arah kami. Alhasil seluruh pakaian kami basah kuyub dan orang-orang nongkrong yang menyaksikan kejadian itu hanya menertawakan kami huhuhh :( Mau ga mau dinginnya malam juga kami tembus agar bisa jualan hati itu. :"

Begitulah roda kehidupan kami, 27 anak dungu, selama kurang lebih 5 bulan. Kenapa aku bilang dungu? Karena aku pikir mau-mau saja mereka menjalani aktivitas super memusingkan sampe ubun-ubun itu dengan tetap semangat. Padahal kan bisa saja mereka kabur dan menghilang ga mau ngelanjutin rutinitas itu lagi. Dan jawaban paling logis, karena kami sudah terlanjur cinta pada organisasi ini. Karena kecintaan itulah kami berkomitmen dan rela mati-matian untuk mimpi itu, mimpi kami bersama :”D

Oyah ada cerita lain yang sering terjadi. Setiap akhir latihan, sekertarisku (sebut saja Amel) pasti bertanya “Sudah berapa persen?” (maksudnya keyakinanku akan mimpi ini). Awalnya aku jawab 90% dengan semangat. Di saat kemelut dan kepasrahan seperti ini, kadang aku jawab 90% tapi dengan muka lesu. Bahkan kadang aku hanya melemparkan senyum saja karena tak tahu ini benar akan terwujud atau hanya akan menjadi sekedar momok angan yang tak kesampaian. Kalaupun aku sudah benar-benar terlihat kusut, pasti ada sahabat yang selalu setia menyemangati. Dzae dengan tulisan kartunnya : (gambar), Nina dengan rengekan manjanya, Isra dengan ajakan ke Sevelnya, Amelngajakin “kencan” ma’embareng, mba Irma dengan tawa namun tetap sinisnya, Biru dengan senyuman mata berairnya, Yoko dengan curhatannya, mas Cholis dengan semangatnya ngangkat keyboard, dan kelupaan : Atin dengan susu ultranya :”D Aku bangga mereka ada disamping aku :””
Dan disini aku kembali memainkan lakon dengan topeng, harus berusaha terus memberikan mereka semangat, membuat mereka tersenyum, padahal aku sendiri saat itu sebenarnya mulai letih dan penuh tanda tanya. Membuat orang tertawa padahal kita sendiri membutuhkan tawa, yaaah resiko pemimpin Hahahahhahh

Singkat cerita kami berhasil mengumpulkan 46 juta plus uang pesawat. Bantuan masuk dari Pertamina melalui bantuan ibu Pratiwi, BTPN, Bandar Djakarta, Cosmo Girl, Kratingdeng ditambah iuran peserta. Djarum Foundation juga menjanjikan akan membantu kami. Mimpi itu sudah didepan mata!!

Ada satu cerita penolakan lagi yang kami peroleh dari kementerian/pemerintah. Ketika kami ingin melakukan follow up mengenai perkembangan proposal kami, dengan tanpa bersalah oknum ibu yang bertanggungjawab untuk urusan ini menjawab, “Wah emang kalian sudah menang apa saja? Kalau kompetisi ini mah semua paduan suara juga bisa ikutan. Kami belum bisa membantu kalian”. Sakit gak??!! Yaah memang ini adalah langkah pertama kami berkompetisi International, dan memang banyak PSM lain yang bisa mengikuti kompetisi ini. Saya tidak menyalahkan opini itu. Namun cara penolakannya itu yang saya sesalkan. Bagaimana mungkin kami ke sana membawa sejuta harapan, dengan penuh harap dapat sokongan dari pemerintah kami sendiri. Tapi malah mendapatkan cara penolakan seperti itu?! Down? Kami pasti down. Tapi cukup untuk saat itu saja. Kemudian muncul dendam yang berkecamuk dari dalam diriku untuk membalas dengan prestasi. Lihat saja!!





18 Juni 2013. Pukul 02.00 dini hari kami sudah berkumpul di kampus. Perjuangan selanjutnya baru dimulai, Kami menuju Bandara mengendarai Damri. Sampai di bandara menuju Vietnam dan transit di Singapura dengan dibagi 2 kontingen (karena keterbatasan kuota pesawat). Dan disini secuil kisah pemanis kembali terjadi.
Layaknya cerita dalam sinetron, ternyata kloter II menghadapi suatu masalah. Saat memasuki Gate keberangkatan, ternyata mereka ditahan. Mereka tidak tahu dan tidak melakukan chek-in transit (maklum baru pertama kali perjalanan keluar negeri). Segala upaya mereka lakukan. Dengan bantuan Ibu Melody (Manager Bandara Changi Singapura), mereka menghubungi pihak maskapai TA. Satu-satunya cara yaitu menghubungi pilot karena pesawat masih 30 menit sebelum take off. “Atas alasan apa Anda tida mengijinkan mereka naik?” dengan ikut terisak ibu Melody menelepon manager TA. “Mereka terlambat” jawaban yang tetap keukeuh diucapkan oleh pihak TA tersebut. 30 menit berlalu dengan semua bayangan yang menghantui. Seolah mereka berada diposisi dimana mereka sudah berada di depan gerbang untuk masuk mengambil mimpi mereka. Tapi ternyata gerbang itu tertutup perlahan bahkan roboh tanpa memberikan mereka sedikitpun jalan untuk mimpi itu. Mereka menangis sejadi-jadinya. Sempat terlintas dibenak mereka “Apakah cukup sampai disini saja?” Tapi bagaimana mungkin sedangkan sebagian kekuatan tim ada di mereka. Dengan segala upaya yang masih tersisa, mereka mencoba menghubungi orang yang kira-kira dapat membantu. Mereka menghubungi Ibu Pratiwi namun ternyata beliau tidak dapat mentransfer saat itu juga. Akhirnya terlintalah dibenak mereka untuk menghubungi rektor kami, Bapak Anies Baswedan. Setelah Pak Anies ngobrol dengan ibu Melody, mereka dapat memesan tiket JS. Nomor kartu kredit beserta passwordnya diberikan pak Anies saat itu juga. Alhamdulillah tiket sudah ditangan. Lantas kok bisa Pak Anies memberikan suatu harta kepada mereka yang bisa saja mereka bisa menggunakannya sembarangan. Dan itulah yang pak Anies sebut “Kepercayaan Tanpa Syarat”. Meluaplah rasa haru itu. Kini mereka harus betul-betul tampil maksimal untuk membayar tangis kami. Big Thanks to our Beloved Rector!! :”
Tepat pukul 21.00 Tim PC menuju Hoi An City dengan perjalanan darat menggu­nakan Sleeping Bus selama 25 Jam. Diperjalanan tak lupa kami mengulang dengan latihan lagu-lagu yang akan kami bawakan. Tanggal 19 Juni 2013 pukul 22.00 kami tiba di Hoi An City dan menginap di Southern Hoi An Hotel. Istirahat untuk pemulihan fisik.

20 Juni 2012. Hari itu tiba! Setelah sarapan dan laihan pemanasan, kami menuju venue kompetisi untuk geladi resik dan uji coba panggung. Pukul 14.00 kami memulai berkompetisi untuk kategori Mixed Choir Difficulty level II. Semua rasa lelah seolah ingin kami bayar di momen ini. Kami berusaha memberikan yang terbaik. Pukul 15.00 kembali ke hotel, istirahat dan latihan persiapan kompetisi kedua kategori Folklore. Malamnya kami mendapatkan kabar dari pihak panitia bahwa kami masuk kedalam babak Choir Prize dan diharapkan tampil lagi membawakan 2 buah lagu. Awalnya kami belum terlalu “ngeh” untuk babak ini.
.
Jumat, 21 Juni 2013, kami mempersiapkan penampilan lalu kemudian menuju venueuntuk kategori Folklore. Pukul 15.00 kami kembali berkompetisi di babak Choir Prize untuk memperebutkan gelar Winner of Choir Prize. Dan setelah tampil, kami baru betul-betul sadar kalau kami masuk dalam 5 besar paduan suara terbaik yang beradu dibabak ini, melawan USA, Korea, dan rekan dari Indonesia juga (PSM UIN dan Tri Tunggal Christian Scool Choir)

Pukul 17.00 saat-saat mendebarkan tiba. Awards Ceremony, pengumuman pemenang akhirnya dating juga. Dag… Dig… Dug… Kategori pertama yang dibacakan adalah Mixed Choir B1 (yang kami ikuti).Satu pertanyaan muncul, adakah nama kami mendapatkan perunggu. Ternyata Bronze terlewat.Melangkah ke Silver.Salah satu saingan kami yang juga dari Indonesia (yang menurut aku sangat keren) mendapat Silver. Mungkin kami juga Silver (yang menurutaku sendiri sudah mencapai ekspektasi awalku). Tak disangka Paramadina Choir memperoleh Golden Diploma I sekaligus Winner of Category untuk Mixed Choir Difficulty level II. Teriakan dan tangis haru meledak saat itu juga. Namun aku sendiri, hanya diam. Yaah diam kayak orang oon.. Gimana ngga? Antara senang, haru, bangga, sedih (karena ingat utang yang masih menggunung) bercampur jadi satu. Dan aku hanya meluapkannya dengan diam. Hahahahahh :”D
Melaju ke pengumuman kategori Folklore. Satu per satu nama peraih bronze disebutkan. Nama kami tak juga disebut. Melangkah ke Silver. Tak muluk-muluk, aku memang targetnya Silver. Tapi ternyata Tuhan masih ingin memberikan kami kejutan lebih indah. Nama kami berada di urutan ketiga dan meraih Golden Diploma III. Haru seharu-harunya, loncat sejadi-jadinya.
Penolakan itu…  Tatapan sinis akan kemampuan kami itu… Kepercayaan itu.. Semangat dari teman-teman itu… Doa dari teman-teman itu… Semua langsung terputar dalam rekaman di otakku… Inilah pembuktian kami… Dan lengkaplah sudah perjuangan kami selama 6 bulan lebih dan ditutup dengan kado maha indah :””D

Mau liat orang-orang dalam tim hebat saya? Ini dia :
 Dari kanan bawah yaak :D
1. Budi Prasetyo, bassis kami. Dia rumahnya jauh loh di tangerang. Tapi selalu maksain buat komitmen dateng!
2.  Kak Nabila Aidid, ini dia nih, ketika dia ngomong, ga ada orang lain yang berani ribut. Coba aja sekali-sekali ribut kalo ngga digigit ama doi. hahahah :D Tapi liat kostum kami kan? Nah itu semua dia yang rancang.. Keren!!
3.Moerdiyanti Ivanna Putri. alto kami yang setia menyambut kami lebih awal di kelas. Kita disuruh ngumpul jam 5, dia sudah stay jam 4!! Patut ditiru nih :D Ada yang mau daftar?
4. Dek Sintya, sama dengan Putri. Loyalitasnya tak perlu diragukan lagi meskipun pendatang baru. Salah satu sumber pemecah masalah aku juga kalo lagi pengap :D
5. Amalia Mulyasani, sang pembuat absen. Ini dia yang sering ngingetin gue, agenda-agenda gue, gue butuh apapun dia jabanin, sampe-sampe tas gue juga tiap hari dia bawain. Sekertaris yang baik :p
6. Kak Pitung, si tangan emas. Berkat beliau nih, kami sekarang bisa sampe tahap ini, dapet prestasi dan meraih mimpi kami. Nilai kedisiplinan, tanggungjawab dan saling menghargai sangat beliau tanamkan pada kami. Big thanks kak pitung :))
7. Kak Kenny Kencanawati. Ini juga senior yang tipikal aktivis banget di kampus, tapi semangatnya buat tetap stay di padus juga tinggi loh :D 
8. Anita Restiana. Anda merasa puyeng atau sakit apapun? Hubungi saja doi. Dijamin resep panjang lebar dia jelasin :D Komitmen anak ini juga patut diacungi jempuol (y)
9. Mba Irma N. Malia, sang pembuat midi. Mba yang satu ini gokil tapi sinis naujubillah. Kalau udah nemu dunianya (laptop + headset), beuh jangan coba ganggu.
10. Krisnawati. Si soleram yang satu ini, si kesayangannya udin. Doi kalo soal makan jangan diajak taruhan yaa.. Tapi cabi cabi nan manja gini, suaranya cetar loh.. Maklum soli soprano :D Klo aku udah setres, pasti dia dateng samping aku buat sekedar merengek >.<
11. Fathul Pino Sugama. Kalo tadi nina itu soli versi cewe, nah anak ini yang soli versi cowoknya. Meskipun kadang telat karena ketiduran, tapi pasti doi bakal stay tone. komitmennya juga great!!
12. Kak Faras Dianda, ini senior yang akan selalu stay kalau ada event yang tak berkoordinir. Dia selalu bantu untuk nyelesaiin masalah terutama dengan pihak kampus. Maklum satpam kampus #eh maap anita #ups
13. Fika Aviandri, ini salah satu anggotaku yang loyal beud. Kita disuruh ngumpul jam 6, eh dia jam setengah 5 udah stay di kelas. Absennya jangan ditanya :D Salute!
14. Kak Nafitri Daulay, ini nih senior yang stay tone terus di padus. Padahal udah lulus sidang tapi masih pengen berjuang bareng-bareng loh. Hebat!!
15. Nisa Hud-Dzae-fah , sang rentenir :p Dia yang jago ngatur duit, nagihin anak-anak. Sekaligus pencipta kegaduhan saat ngumpul-ngumpul, yaah lumayan buat jadi mood boster :D
16. Kak N. Annisa Widyayuliana. Kakak yang satu ini yang paling rajin aku PING !! attack :D Meskipun telat, pasti doi tiba-tiba muncul dari pintu. :D 
17. Biru Nitis Anjanie, sama ini juga super sibuk. Tapi selalu meluangkan waktunya untuk latihan. Partner Yoko buat ngumpulin receh demi receh ke perusahaan yang baik :D
18.  Nadia Dwi Fortuna. Ini si sipit yang suka aku jahilin. Kalo udah megang kamera, itu berarti saat yang tepat untuk deket ama doi :D Tapi komitmennya juga salute buat kakak dari Kevin ini :D
19. Atin Yakutin. Dia terus terusan menjadi korban kejahilan anak-anak kalo ngumpul. Sekaligus musuh bebuyutan si udin :D Kayaknya semua yang dilakuin ama doi, pasti salah di depan anak-anak hahahh tapi doi yang suka ingetin aku makan loh :D
20. Widiyoko Indrarto, ini dia the real pejuang gue. Rela mondar mandir keliling Jakarta, hujan-hujanan, panas terik, rela dia jabanin bersama motor Varionya. Meskipun hidupnya penuh kegalauan sih #eh'
21. Kang Ratno, ini official kami dari kampus. Bantu-bantuin kami selama di Vietnam. Thanks kang :)
22. Kak Harumi Kartini, ini salah satu tim official kita. Yang terus motoin sekaligus videoin semua aktivitas kami. Kalian bisa nikmatin video penampilan kami di Youtube karena dia loh :D
23. Mas Imam Mucholis alias Mr. Nelson, ini  dia salah satu pejuangku. Dia yang selalu harus dateng lebih awal karena harus buka kelas dan ngambil keyboard. Tapi dia juga harus pulang paling akhir karena dia juga yang harus balikin.. Se' mas nganu :p
24. Agung, mau tau orang dibalik suksesnya konser tahunan dan Pre-Competition? Ini dia orangnya !! Doi juga wakil aku di kepengurusan. :D
25. Kak Gema Wahyudi, doi ini bisa dibilang asisten pelatih kami. Suka ngambek kalo anak-anak yang hadir cuman dikit :D doi juga jago ngonduct, dan ke-fanatic-annya ke padus patut ditiru !!
26. Salman P. Robani, ini sama dengan Budi. Rumahnya jauh banget di Depok, tapi bela-belain pulang tengah malem buat latihan. 
27. Kak Ardie Ramadhana, mau tau siapa otak di balik event Vietnam ini? Ini dia orangnya, Ketua Kontingen. Rela lari-larian, keringetan buat manggilin anak-anaknya yang ketinggalan satu-satu. Kak caca maap sudah membuatnya meng-kurus #ehsalah :D
29. Kak Indra Umbara, senior super sibuk tapi masih bela-belain latihan. Walaupun sampai sekarang dia masih mencari jati diri akan suaranya hahahah #maap kak :p
30. Israruddin (pojok kanan atas). Ini ga beda jauh, aktivis banget. Tapi dia bela2in buat latihan (tapi mungkin karena ada nina juga sih ya) :D Kekocakannya ga usah ditanya! Meskipun tak jarang sedikit krenyes :D
31. Yang motoin : Kak Winner Francisca. Sama dengan kak Ayum, doi juga tim official kami :D Sekarang katanya doi lagi "hamil muda" #eh :D Jangan pernah coba-coba ngajak dia ribut yaak :D
32. Dan TERAKHIR : SAYA SENDIRI, pria cakep berkacamata diantara Kak Bara dan Isra!!

Hebat-hebat ngga tuh?

Ini sedikit cuplikan perjalanan kami :

Dan dari perjuangan ini akhirnya aku tahu arti Perjuangan yang Sesungguhnya :"D




2 komentar:

Unknown mengatakan...

Wah seru juga bacanya, walaupun banyak kerikilnya tapi akhirnya happy ending juga hehe btw aku baru aja dinyatakan lulus untuk mewakili indonesia di ICEF Multicultural Understanding di Korea, saat ini kendala karena pihak kampus juga blm bisa membantu. Kalau blh tau alur prosedur pemgajuan sponsor ke rajawali foundation gimana ya? Bisa tlg bantu dijawab ke e-mail : waoderahmah6@gmail.com
Makasih kaakk, ditunggu e-mailnya :))

Unknown mengatakan...

Wah seru juga bacanya, walaupun banyak kerikilnya tapi akhirnya happy ending juga hehe btw aku baru aja dinyatakan lulus untuk mewakili indonesia di ICEF Multicultural Understanding di Korea, saat ini kendala karena pihak kampus juga blm bisa membantu. Kalau blh tau alur prosedur pemgajuan sponsor ke rajawali foundation gimana ya? Bisa tlg bantu dijawab ke e-mail : waoderahmah6@gmail.com
Makasih kaakk, ditunggu e-mailnya :))