Maret 1992
Seorang janin sedang bergumul dengan pikirinnya sendiri.
Dia baru saja bertemu Tuhan untuk membicarakan kemantapannya. Ia sendiri
sebenarnya belum begitu yakin, mampukah ia memegang amanah maha dahsyat itu?
Begitu membuat pikirannya ruwet. Apakah ia mampu menjalankan apa yang dia
janjikan? Apakah ia mampu menjadi seseorang yang taat sesuai harfiah
penciptaannya? Apakah ia mampu memegang, atau minimal tidak merusak tauhidNya?
Apakah ia bisa menjadi khalifah tanpa berbuat kerusakan nantinya? Apakah ia
mampu memeluk bangga rumah tempat ia dititipkan nanti? Ataukah malah dia hanya
menjadi sampah yang tak mampu berbuat apa-apa melawan takdirnya nanti?
Ia mencoba menatap sesuatu cahaya putih yang katanya
bernama malaikat. Namun sayang dia tidak mendapat jawaban. Ini adalah
keputusannya.
Agustus 1992
“Begitu nyaman dan hangatnya berada dekat hati wanita
ini” katanya. Dia juga sering mendengar suara samar-samar seorang pria berbisik
tak sabar nemunggunya. Ia begitu bahagia dengan semua asupan yang ia cerna
setiap saat. Dia mulai mengenal rasa. Dia mulai mengenal dan menikmati setiap
detak yang mengalun. Begitu indah. Ia semakin mantap untuk menjadi seutuh
mungkin. Tak jarang ia menendang selaput yang menyelimuti dirinya, memastikan
dan mengabarkan bahwa ia siap untuk bermain di luar sana.
September 1992
Ia kembali terdiam dihadapan Tuhan. Berdialog tentang apa
yang akan menjadi kewajibannya kelak, untuk Tuhannya. Hampir sama dengan
suasana beberapa bulan lalu. Namun kini ia lebih yakin dan melontarkan
keceriaan pada setiap jawabannya.
“Ya Kau adalah Tuhanku, dan saya siap
menggenggam janji ini, selalu ingat kepada-Mu, dan berguna bagi semesta.”
lantangnya sambil memegang erat janji di kedua telapaknya.
Sempat terdiam beberapa lama, hingga Tuhan mengiyakan.
“Baiklah. Peganglah janjimu itu, jadi khalifah di muka
bumi” kata Tuhan.
Akhirnya janin itupun keluar dari rahim ibunya. Entah
kenapa ia tiba-tiba cemas. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia kini benar-benar
berpisah dari kenikmatan Tuhan langsung yang ia dapatkan kemarin tanpa
perantara. Matanya buram terkena silau yang entah begitu terik.
Tak lama ia mendengar lantunan adzan berkumandang. Begitu
damai.
Ia kini berada dalam dekapan hangat seorang wanita, yang
ia sebut mama. Begitu tenang ia rasa.
Ia membuka matanya kembali perlahan. Beberapa makhluk
bercahaya putih masih mengitarinya, lalu kemudian menghilang perlahan. Berganti
dengan muka-muka orang yang begitu asing dengan wajah sumringah di
sekelilingnya. Ternyata dunia tak semenakutkan yang ia bayangkan. Begitu banyak
warna yang sangat indah. Ia kini menjadi manusia seutuhnya. Kembali memeluk,
menikmati kehangatan itu lagi dan memejamkan matanya.
September 2013
Kini bayi itu telah dewasa. Usianya bahkan sudah
berkepala dua, yang dalam hitungan matematika berjumlah 21 tahun. Artinya, ia
sudah cukup lama merasakan pahit getirnya kehidupan. Menarik memang, namun
penuh liku. Ada warna hitam yang begitu pekat, namun ia mencoba memberikan
sentuhan lain, menikmatinya!
Kehidupannya berputar silih berganti. Matahari terbenam
berganti malam temaram, begitu seterusnya. Ia kini hidup sendiri di sebuah
kota, yang sesungguhnya sangat asing baginya. Tanpa ada keluarga dekat, hanya
ada teman dan sumpeknya aktivitas diantara gedung pencakar langit. Inginnya
sederhana, ingin menikmati saja hidup ini dengan santai, meraih masa depan dan
keluar dari melarat. Yah, 2 tahun sudah dia berada di tempat bernama Jakarta.
1 Januari 2011
Dia menulis mimpi-mimpinya. Memang dia hanya seorang
pemimpi yang hanya berharap mimpi itu dapat terwujud. Dari mimpi yang awalnya
hanya celoteh, kemudian dapat tiba-tiba berubah menjadi buas, mengalahkan
setiap tembok, lantas menemukan jalannya yang “ada-ada saja” dari Tuhan yang
dia temui 20 tahun lalu.
Dia berkeinginan memiliki dampak pada suatu organisasi di
kampus. Sekaligus ingin berprestasi bersama-sama. Ia pun mencoba hampir semua
organisasi yang ada di kampus. Keluar masuk tak ada yang pasti.
Hingga akhirnya dia menemukan kenyamanan yang begitu
hangat di sebuah keluarga kecil. Bertemu setiap hari, bersenandung bersama,
tertawa bersama, bercerita bersama, itu yang kemudian mengikatnya di Paramadina
Choir, sebuah organisasi kemahasiswaan paduan suara. Mengikatnya tanpa paksa
dan tentu tanpa syarat.
18 Oktober 2012
Dia kemudian terpilih menjadi ketua Paramadina Choir.
Dari sinilah awalnya dia bermimpi kembali. Dia ingin dunia tahu ada sekelompok
kecil, sangat kecil bahkan, yang berjuang dari nol, putih polos. Awalnya memang
lulu, suatu mimpi yang tak wajar. Mana mungkin tanpa pengalaman kompetisi dalam
negeri sudah berani bermimpi ingin Go Internasional? Lucu memang!
Tapi inilah keunikan orang-orang dalam kelompok ini.
Akhirnya dia memasang strategi sederhana : membulatkan keyakinan anggota,
membangun keyakinan pelatih dan membuat yakin orang-orang di luar sana.
Yang tersulit adalah meyakinkan diri orang-orang dalam.
November 2012
Kompetisi tahunan yang tim ini ikuti. “Mungkin disinilah
saatnya saya harus membuat pijakan awal” pikirnya.
Dia berikrar dan menyampaikan tekadnya kepada anggota,
“Bantu saya untuk disiplin latihan, dan sama-sama kita curi nama di event ini.
Kalau sampai nanti kita dapat gelar, maka yakin kita bisa lebih tinggi lagi”.
Benar saja. 24 November 2012 menjadi hari bersejarah.
Mereka memperoleh gelar yang begitu membanggakan. Bukan prestasinya, namun
usaha untuk mencapai prestasi itu.
Desember 2012
Dia begitu sibuk mencari dan mengumpulkan semua informasi
terkait kompetisi Internasional. Sembari itu, dia mencoba mendekati pelatih
meski masih penuh keraguan, “Kak, kita sudah sampai level ini. Apakah kakak
mengizinkan kita untuk mencoba ke level lebih tinggi?”
Dan tak disangka, pelatih memberikan respon yang tak
disangka, “Silahkan kumpul semua informasi, nanti kita pilih sama-sama”.
Segera dia merangkum semua informasi. Begitu banyak
pilihan. Dan akhirnya jatuh pada salah satu kompetisi International di Vietnam.
Begitu banyak nada sinis yang datang. Wajar memang. Dia
haya mencoba untuk sabar dan tersenyum santai, “Lihat saja!” pikirnya.
Sempat ada suatu fase dimana semua anggota merasa down
dan benar-benar berada pada titik jatuh balik. Entah itu dana yang tidak
mencukupi dan hambatan lainnya. Mungkin kita harus berhenti saja? Dia juga
merasakan perasaan yang sama, namun itu bukan cara yang dia pilih. Dia memendam
semua rasa menyerah itu, lalu dia tersenyum. Dengan begitu, dia mampu kembali
menularkan keyakinan berusaha pada tim, meskipun dia juga begitu merasakan
perasaan yang sama. Dia ingin menumpahkan kelelahannya, tapi pada siapa? Tak
mungkin dia menceritakan pada sahabat-sahabatnya yang juga menjadi bagian tim
itu.
Juni 2013
Ternyata meskipun berpisah sementara secara fisik dengan
Tuhan, namun Tuhan masih memegang erat tangannya. Dia kini tak percaya ada
tembok penghalang yang begitu kokoh. Setajam-tajamnya duri, namun kelembutan
mimpi mampu melunakkannya. Dan kepercayaannya pada Tuhanlah yang mewujudkan
semua. Tim Paramadina Choir berhasil meraih 2 medali emas sekaligus di
kompetisi bertaraf Internasional. Anak kecil yang bermain di lautan, dan
berhasil memancing di kerasnya ombak saat itu. Mereka memang tim hebat!
26 September 2013
Betapa bersyukurnya dia kepada Tuhannya. Begitu banyak
pelajaran yang dia raih. Begitu banyak ujian keimanan yang harus dia lewati.
Dia kini hanya menikmati setiap inchi di atas kanvasnya. Tak salah mungkin jika
dia menuliskan sekaligus mengingat mimpi-mimpi yang dia tuliskan dulu :
1. Lulus S1
pada bulan April tahun 2015
dengan predikat memuaskan.
2. Mendapat pekerjaan sebagai praktisi periklanan kreatif
tahun 2014.
3. Naik haji bareng mama papa tahun 2018.
4. Bangun rumah pribadi tahun 2017.
5. Menikah di tahun 2020 dengan isteri shalehah (kalau ini jodoh pasti
bertemu lah ya :D )
6. Meraih IPK minimal 3.8 tahun 2013.
7. Membawa Paramadina Choir berjuang di tingkat International
2013
(TEREALISASI)
8. Dapat medali emas paduan suara atau minimal 2nd Place di
tingkat Nasional
(TEREALISASI).
9. Tamatkan Al-Qur’an tahun 2013 dan berusaha terus agar shalat
tidak bolong-bolong
(SEDANG DIUSAHAKAN)
10. Belajar hidup mandiri tanpa begitu tergantung pada
orang tua lagi.
11. Magang di Advertising Agency tahun 2013 (Mungkin
belum bisa terealisasi, tapi sudah menemukan peralihan di tempat lain).
Well, semoga kehidupannya semakin baik dan tetap dalam
koridor Tuhan.
Terima kasih atas surprise party dengan martabak keju
lezatnya sohib kesayangan. Terima kasih celana jeans dan baju kaos “My
Gentleman Brother”nya brosis. Ini mengharukan karena saya saja tidak pernah
memperhatikan penampilan luar saya, tapi teman-teman saya begitu perhatian dan
tersentuh melihat “resleting” saya yang kebuka. Hahahaha :D
Terima kasih juga buat yang sudah mendoakan. Sukses untuk
kalian semua. Sampai jumpa di umur yang lain :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar